Sabtu, 19 Januari 2013

Kesamaan manusia dengan seekor babi

Tentu sudah tahu  kalau seekor babi sangat senang di dalam lumpur, bahkan sampai-sampaui sangat tidak suka kalau membersihkan dirinya dan berendam di air bersih.
Inilah yg mungkin ada pada manusia, termasuk saya mungkin. Tapi, itu benar adanya, ketika kita senang dengan kegagalan materi, moral, dan aqidah. Kita tidak berusaha untuk merubah sifat itu dan terus berada dalam kegagalan tersebut. Mengetahui hal ini, tentunya kita gak akan mau disamakan dengan hewan bukan? Tapi, mungkin itulah mengapa Tuhan menciptakan hewan tersebut yg umumnya bagi umat muslim hewan tersebut adalah hewan najis. Selain itu masih banyak peristiwa yg dapat kita petik pelajaran untuk diri kita.
so, mulai detik ini mari kita move on(hijrah) dari lumpur menuju air yg jernih.

Pengertian Al Nafs / Nafsu

Istilah Arab-Persia ini tidak diterjemahkan mengingat variasi maknanya yang sangat luas, antara lain : esensi (dari suatu objek), jiwa yang menghidupkan, psikis, ruh, pikiran, kehidupan, manusia individu, hasrat, identitas, pribadi atau identitas diri. Bahasa Arab tidak memiliki reflective personal pronoun : tempatnya diganti dengan kata kata ain dan nafs (himself dan it self dalam bahasa Inggris); jadi istilah 'ilm al nafs diterjemahkan menjadi 'psikologi'. dalam buku-buku sufi, istilah biasanya secara kiasan merujuk kepada al nafs al amara' jiwa yang rendah (Prancis : ame concupiscente; Latin : cupido libido), yaitu ego manusia yang dikendalikan oleh sifat-sifat jahat dalam konteks ini kata tersebut biasanya menunjuk kepada keseluruhan tubuh dan jiwa manusia sebagai subjek yang tunduk kepada ambisi egosentris yang dikendalikan oleh hawa nafsu atau "daging" (bahasa Yunani : sarx sebagaimana yang dipahami oleh pendeta-pendeta Kristen Orthodox Yunani). Di samping itu, terdapat juga tiga tingkat struktur jiwa yang lebih tinggi dalam perjalanannya ke arah transformasi spiritual, yaitu al nafs lawwama (jiwa yang bercahaya, kesadaran) dan al nafs al mutma'innah(jiwa yang tenang).

Sumber : Psikologi sufi

Reflexive pronouns

Reflexive pronouns adalah kata ganti yang digunakan untuk menunjukkan tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh diri subjek sendiri (subject of the verb). Kata ganti yang dipakai adalah personal pronouns (my, your, him, her, it, our, them) ditambah dengan self untuk kata benda tunggal (singular) atau selves untuk kata benda jamak (plural).

Kata ganti yang digunakan sebagai reflexive pronoun adalah: myself, yourself, yourselves, themselves, himself, herself, dan itself.

Contoh:
- He encouraged himself to do his homework immediately.
- I enjoyed myself by traveling around the world.
- Mark made himself a sandwich.
- The children watched themselves on video.

Reflexive pronouns juga dapat digunakan setelah preposisi, contoh:
- The children are old enough to look after themselves.
- I looked at myself in the mirror.


Catatan

Perhatikan contoh berikut ini:
- These decisions will be made by myself.

Penggunaan myself pada kalimat diatas tidak tepat, karena tidak ada subjek I. Yang lebih tepat adalah sebagai berikut:
- These decisions will be made by me.

http://catatanbahasainggris.blogspot.com/2009/04/reflexive-pronouns.html

Jumat, 18 Januari 2013

Pengertian Virus dan penyakit yang ditimbulkannya




Menurut kalian apa yang dimaksud virus itu? Kata virus berasal dari bahasa Latin yaitu Virion yang berarti racun. Dikatakan racun karena dapat mengakibatkan penyakit.
Menurut ilmu biologi virus disebut sebagai makhluk hidup karena mampu melakukan perbanyakan diri. Virus disebut tidak hidup karena beberapa alasan berikut.
1.                  Virus hanya dapat memperbanyak diri dalam sel hidup, contohnya sel hidup pada bakteri, hewan tumbuhan dan manusia.
2.                  virus mempunyai satu asam nukleat (DNA atau RNA) dengan selubung protein (Kapsid) serta tidak mempunyai sitoplasma dan organel. Oleh karena nya virus tidak dikatakan sebagai sel
3.                  virus tidak dapat diendapkan dengan sentrifugasi biasa, tetapi dapat dikristalkan.
4.                  virus bukan sebuah sel dan virus adalah organisme peralihan(Peralihan dari abiotik – biotik)



Kamus :
-          Nukleokapsid  :asam nukleat yang diselubungi oleh kapsid
-          Bakteriofag     : virus yang menyerang bakteri
-          Kapsomer        : Satu Unit protein penyusun kapsid


Virus yang merugikan :
11)      Virus penyerang tumbuhan
-          virus Tungro menyerang tanaman padi melalui perantara werang cokelat
-          TMV(Tobacco Mozaic Virus) Tobacco : tembakau; menyerang daun(bercak kuning pada tembakau
-          TYMV(turnip yellow mozaik virus){Virus mozaik kuning lobak<<dibalik>>} mengakibatkan penggulungan daun pada tanaman kapas
-          BMV(bean mozaik virus){buncis mozaik virus} menyerang tanaman buncis
-          CMV(cucumber mozaik virus){virus mozaik timun} menyerang tanaman mentimun
-          WMV(Wheat Mozaik Virus){virus mozaik gandum} menyerang tanaman gandum
-          SMV(Sugarcane Mozaik virus){virus mozaik tebu) menyerang tanaman tebu
22)      Virus yang menyerang hewan
-          New Castle Disease(NCD) menyerang saraf unggas
-          Foot and Mouth disease(FMD) menyerang foot : kuku kaki dan mouth : mulut hewan pemamah biak, contoh sapi kambing kerbau
-          Rous Sarcoma Virus(RSV) mengakibatkan tumor pada ayam
33)      Virus yang menyerang manusia
-          Aids
Penyakit ini disebabkan oleh HIV (Human Immuno-deficiency Virus) yang menyerang kekebalan tubuh. Virus ini menular melalui kontak cairan, antara lain aktivitas hubungan seksual, pemakaian jarum suntik bekas penderita HIV, dan wanita penderita HiV yang sedang mengandung janin.
-          Polio
Virus masuk ke tubuh melalui makanan dan udara. Selanjutnya masuk ke kelenjar getah bening, menembus peredaran darah, menuju sumsum tulang belakang, otak dan merusak sel-sel saraf (neuron).
-          Hepatitis
Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis A, hepatitis B, non A, dan non B.

-          Influenza
Penyakit ini ditularkan oleh virus influenza melalui udara, menyerang saluran pernapasan, akibatnya penderita mengalami kesulitan bernapas.

-          Campak (Morbili)
Penyakit ini disebabkan oleh morbivirus. Virus me¬nyerang bagian kulit, akibatnya pada kulit muncul bercak-bercak merah disertai rasa gatal.

-          Rabies
Penyakit ini disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui gigitan hewan yang sudah terkena rabies, antara lain: anjing, kucing, dan kera. Virus kemudian menyerang sistem saraf yang menyebabkan pende¬rita mengalami gangguan saraf. Vaksin rabies ditemukan oleh Louis Pasteur.

-          Herpes
Penyakit ini disebabkan oleh herpesvirus. Gejalanya akan muncul bintik bernanah yang membahayakan pada kulit, mata, mulut, dan alat kelamin.

-          Kanker (tumor ganas)
Penyakit ini disebabkan oleh virus onkogen. Virus ini, menyebabkan sel pada tubuh bagian tertentu mengalami pembeiahan tanpa terkendali, sehingga pada penderita stadium lanjut bagian tubuh tertentu yang terkena kanker akan membentuk benjolan yang semakin membesar.

-          Demam Ebola
Penyakit ini disebabkan oleh virus ebola yang meng-akibatkan pendarahan pada seluruh tubuh. Gejala penyakit ini adalah demam tinggi, muntah-muntah, mencret, nyeri pada dada, kepala, dan otot. Masa inkubasi penyakit 2-21 hari.

Penyakit yang disebabkan oleh virus dapat dicegah dengan vaksinasi. Vaksin adalah bibit penyakit yang telah dilumpuhkan dan dikemas dalam cairan, kemudian disuntikkan. Vaksin akan menstimulai tubuh membentuk antibodi.
Serum adalah darah manusia yang mengandung antibodi penyakit. Misal penderita campak akan diberi serum campak. Sehingga kekebalan pada penderita akan terbentuk dan dinamakan kekebalan pasif.


Biografi Auguste Comte (1798-1857)


Nama lengkap Auguste Comte adalah Isidore Auguste Marie Francois Xavier. Beliau adalah filsuf dan ilmuwan sosial terkemuka yang sangat berjasa dalam perkembangan ilmu kemasyarakatan atau sosiologi. Comte lahir di kota Montpellier di Perancis selatan dari keluarga kelas menengah konservatif. Comte menerima didikan ilmiah yang baik di Ecole Polythecnique di Paris, sebuah pusat pendidikan berhaluan liberal.

Comte mencetuskan suatu  sistem ilmiah yang kemudian melahirkan ilmu pengetahuan baru, yaitu sosiologi. Pandangan Comte atas sosiologi sangat pragmatis. Ia berpendapat bahwa sesungguhnya analisis untuk membedakan "statika" dan "dinamika" sosial , serta analisa masyarakat sebagai suatu sistem yang saling tergantung haruslah didasarkan pada konsensus. Paradigma Fungsionalis dan paradigma ilmiah alamiah yang dirumuskan oleh Comte tetap memberi warna menonjol dalam sosiologi saat ini.

Auguste Comte dengan bukunya "Course de Philosophie Positive" menerangkan bahwa pendekatan-pendekatan umum untuk mempelajari masyarakat harus melalui urutan-urutan tertentu yang kemudian akan sampai pada tahap akhir yaitu tahap ilmiah.

Auguste Comte disebut sebagai Bapak Sosiologi karena dialah yang pertama kali memakai istilah sosiologi dan mengkaji sosiologi secara sistematis, sehingga ilmu tersebut melepaskan diri dari filsafat dan berdiri sendiri sejak pertengahan abad ke-19 (1856).

Referensi: Buku Sosiologi kelas 1 SMA  halaman 6 (Kurikulum Berbasis Kompetensi), Penerbit Yudhistira

Biografi Sofyan Ats-Tsauri (97-191 H)

Nama aslinya Abu Abdillah Sufyan bin Sa’id bin Masruq al Kufi, ia seorang Al-hafidh adl Dlabith (Penghapal yang cermat). Ia lahir di Kufah pada tahun 97 H..Ayahnya Sa’id salah seorang ulama Kufah, Ia cermat dalam periwayatan hadist sehingga Syu’bah bin al-Hajjaj, Sufyan bin Uyainah dan Yahya bin Ma’in menjulukinya “Amirul Mu’minin fi al-Hadits”, gelar yang sama disandang oleh Malik bin Anas.
Mula-mula ia belajar dari ayahnya sendiri, kemudian dari banyak orang-orang pandai di masa itu sehingga akhirnya ia mencapai keahlian yang tinggi di bidang Hadits dan teologi. Ia telah mendirikan sebuah madzhab fiqh yang bertahan selama dua abad
Mengenai dia, Al-Khatib al Baghdadi berkata: “Sufyan adalah salah seorang diantara para imam kaum muslimin dan salah seorang dari pemimpin agama, kepemimpinannya disepakati oleh para ulama, sehingga tidak perlu lagi pengukuhan terhadap ketelitian, hapalan”.
Sufyan at-Tsauri meriwayatkan hadist dari Al-A’masi (sulaiman bin Mihran), Abdullah bin Dinar, Ashim al-Ahwal, Ibn al-Munkadir dan lainya.
Sedangkan yang diriwayatkan darinya ialah Aburahman Auza’I, Abdurahman bin Mahdi, Mis.ar bin Kidam dan Abban bin Abdullah al-Ahmasi. Orang terakhir yang meriwayatkan darinya adalah Ali bin al-Ja’d.
Abdullah bin Mubarak berkata:” Aku telah mencatat dari 1.100 orang guru dan aku tidak pernah mencatat dari seseorang yag keutamaanya melebihi Sufyan”. Namun ada diantara ulama meriwayatkan dari Ibn Mubarak bahwa Sufyan Ats-Tsauri terkadang meriwayatkan Hadits Mudallas.
Ibnu Mubarak berkata:” Aku pernah menceritakan hadits kepada Sufyan, lalu pada kesempatan lain aku datang kepadanya ketika ia tengah men tadlis kan hadits tersebut, dan ketika ia melihatku tampak ia malu dan berkata :” Aku meriwayatkan bersumber dari anda”. Jika ini benar, untuk menyepakati antara dua perkataan Ibn al-Mubarak maka pen tadlisan yang dilakukan Sufyan itu termasuk tadlis yang tidak membuatnya tercela. Karena itu ia berkata kepada Ibn Mubarak: “Aku meriwayatkannya bersumber dari anda”. Dengan perkataan tersebut ia menghendaki bahwa sanad hadits yang samapai kepadanya tersebut dianggap tsiqah.
Ats Tsauri wafat di Basrah pada tahun 161 H

http://ahlulhadist.wordpress.com/2007/09/28/sofyan-ats-tsauri-97-191-h/

Biografi Singkat Rabi'ah Al Adawiyah

Rabi‘ah binti Ismail al-Adawiyah, berasal dari keluarga miskin. Dari kecil ia tinggal di Bashrah. Di kota ini namanya sangat harum sebagai seorang manusia suci dan seorang pengkhotbah. Dia sangat dihormati oleh orang-orang saleh semasanya. Mengenai kematiannya ada berbagai pendapat: tahun 135 H/752 M atau tahun 185 H/801 M.
Rabi’ah al-Adawiyah yang seumur hidupnya tidak pernah menikah, dianggap mempunyai saham yang besar dalam memperkenalkan cinta Allah ke dalam Islam tashawuf. Orang-orang mengatakan bahwa ia dikuburkan di dekat kota Yerussalem.

RABI’AH, LAHIR DAN MASA KANAK—KANAKNYA
Jika seseorang bertanya: ”Mengapa engkau mensejajarkan Rabi’ah dengan kaum lelaki?”, maka jawabanku adalah bahwa Nabi sendiri pernah berkata: “Sesungguhnya Allah tidak memandang rupa kamu” dan yang menjadi masalah bukanlah bentuk, tetapi niat seperti yang dikatakan Nabi, “Manusia-manusia akan dimuliakan sesuai dengan niat di dalam hati mereka”. Selanjutnya, apabila kita boleh menerima dua pertiga ajaran agama dari ’Aisyah, maka sudah tentu kita boleh pula menerima petunjuk-petunjuk agama dari pelayanan pribadinya itu. Apabila seorang perempuan berubah menjadi ”seorang lelaki” pada jalan Allah, maka ia adaIah sejajar dengan kaum lelaki dan kita tidak dapat menyebutnya sebagai seorang perempuan lagi.
Pada malam Rabi’ah dilahirkan ke atas dunia, tidak ada sesuatu barang berharga yang dapat: ditemukan di dalam rumah orang tuanya, karena ayahnya adalah seorang yang sangat miskin. Si ayah bahkan tidak mempunyai minyak barang setetes pun untuk pemoles pusar puterinya itu. Mereka tidak mempunyai lampu dan tidak mempunyai kain untuk menyelimuti Rabi’ah. Si ayah telah memperoleh tiga orang puteri dan Rabi’ah adalah puterinya yang keempat. Itulah sebabnya mengapa ia dinamakan Rabi’ah (artinya ke-empat).
“Pergilan kepada tetangga kita si anu dan mintalah sedikit minyak sehingga aku dapat menyalakan lampu” isterinya berkata kepadanya.
Tetapi si suami telah bersumpah bahwa ia tidak akan meminta sesuatu jua pun dari manusia lain. Maka pergilah ia, pura-pura menyentuhkan tangannya ke pintu rumah tetangga tersebut lalu kembali Iagi ke rumahnya.
“Mereka tidak mau membukakan pintu” ia melaporkannya kepada isterinya sesampainya di rumah.
Isterinya yang malang menangis sedih. Dalam keadaan yang serba memprihatinkan itu si suami hanya dapat menekurkan kepala ke atas lutut dan terlena. Di dalam tidurnya ia bermimpi melihat Nabi. Nabi membujuknya: “JanganIah engkau bersedih, karena bayi perempuan yang baru dilahirkan itu adalah ratu kaum wanita dan akan menjadi penengah bagi 70 ribu orang di antara kaumku”.
Kemudian Nabi meneruskan; “Besok, pergilah engkau menghadap ‘Isa az-Zadan, Gubernur Bashrah. Di atas sehelai kertas, tuliskan kata-kata berikut ini: ’Setiap malam engkau mengirimkan shalawat seratus kali kepadaku, dan setiap malam jum’at empat ratus kali. Kemarin adalah malam jum’at tetapi engkau lupa melakukannya. Sebagai penebus kelalaianmu itu berikanlah kepada orang ini empat ratus dinar yang telah engkau peroleh secara halal’ “.
Ketika terjaga dari tidurnya, ayah Rabi’ah mengucurkan air mata. Ia pun bangkit dan menulis seperti yang telah dipesankan Nabi kepadanya dan mengirimkannya kepada gubernur melalui pengurus rumahtangga istana.
“Berikanlah dua ribu dinar kepada orang-orang miskin”, gubernur memberikan perintah setelah membaca surat tersebut, ”sebagai tanda syukur karena Nabi masih ingat kepadaku. Kemudian berikan empat ratus dinar kepada si syaikh dan katakan kepadanya: ’Aku harap engkau datang kepadaku sehingga aku dapat melihat wajahmu. Namun tidaklah pantas bagi seorang seperti kamu untuk datang menghadapku. Lebih baik seandainya akulah yang datang dan menyeka pintu rumahmu dengan janggutku ini. Walaupun demikian, demi Allah, aku bermohon kepadamu, apa pun yang engkau butuhkan katakanlah kepadaku’ “.
Ayah Rabi’ah menerima uang emas tersebut dan membeli sesuatu yang dirasa perlu.

http://biografiparasufi.wordpress.com/2012/05/14/rabiah-al-adawiyah/

Biografi Hasan Al Bashri/Al Hasan bin Yasar (30-110 H)

Suatu hari ummahatul mu’minin, Ummu Salamah, menerima khabar bahwa mantan “maula” (pembantu wanita)-nya telah melahirkan seo¬rang putera mungil yang sehat. Bukan main gembiranya hati Ummu Salamah mendengar berita tersebut. Diutusnya seseorang untuk mengundang bekas pembantunya itu untuk menghabiskan masa nifas di rumahnya.
Ibu muda yang baru melahirkan tersebut bernama Khairoh, orang yang amat disayangi oleh Ummu Salamah. Rasa cinta ummahatul mu’minin kepada bekas maulanya itu, membuat ia begitu rindu untuk segera melihat puteranya. Ketika Khairoh dan puteranya tiba, Ummu Salamah memandang bayi yang masih merah itu dengan penuh sukacita dan cinta. Sungguh bayi mungil itu sangat menawan. “Sudahkah kau beri nama bayi ini, ya Khairoh?” tanya Ummu Salamah. “Belum ya ibunda. Kami serahkan kepada ibunda untuk menamainya” jawab Khai¬roh. Mendengar jawaban ini, ummahatul mu’minin berseri-seri, seraya berujar “Dengan berkah Allah, kita beri nama Al-Hasan.” Maka do’apun mengalir pada si kecil, begitu selesai acara pembe¬rian nama.
Al-Hasan bin Yasar – atau yang kelak lebih dikenal sebagai Hasan Al-Basri, ulama generasi salaf terkemuka – hidup di bawah asuhan dan didikan salah seorang isteri Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam: Hind binti Suhail yang lebih terkenal sebagai Ummu Salamah. Beliau adalah seorang puteri Arab yang paling sempurna akhlaqnya dan paling kuat pendiriannya, ia juga dikenal – sebelum Islam – sebagai penulis yang produktif. Para ahli sejarah mencatat beliau sebagai yang paling luas ilmunya di antara para isteri Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam.
Waktu terus berjalan. Seiring dengan semakin akrabnya hubun¬gan antara Al-Hasan dengan keluarga Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam, semakin terbentang luas kesempatan baginya untuk ber”uswah” (berteladan) pada ke¬luarga Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. Pemuda cilik ini mereguk ilmu dari rumah-rumah ummahatul mu’minin serta mendapat kesempatan menimba ilmu bersama sahabat yang berada di masjid Nabawiy.
Ditempa oleh orang-orang sholeh, dalam waktu singkat Al-Hasan mampu meriwayatkan hadist dari Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abu Musa Al-Asy’ari, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Anas bin Malik dan sahabat-sahabat RasuluLlah lainnya. Al-Hasan sangat mengagumi Ali bin Abi Thalib, karena keluasan ilmunya serta kezuhudannya. Penguasan ilmu sastra Ali bin Abi Thalib yang demikian tinggi, kata-katanya yang penuh nasihat dan hikmah, membuat Al-Hasan begitu terpesona.
Pada usia 14 tahun, Al-Hasan pindah bersama orang tuanya ke kota Basrah, Iraq, dan menetap di sana. Dari sinilah Al-Hasan mulai dikenal dengan sebutan Hasan Al-Basri. Basrah kala itu terkenal sebagai kota ilmu dalam Daulah Islamiyyah. Masjid-masjid yang luas dan cantik dipenuhi halaqah-halaqah ilmu. Para sahabat dan tabi’in banyak yang sering singgah ke kota ini.Di Basrah, Hasan Al-Basri lebih banyak tinggal di masjid, mengikuti halaqah-nya Ibnu Abbas. Dari beliau, Hasan Al-Basri banyak belajar ilmu tafsir, hadist dan qiro’at. Sedangkan ilmu fiqih, bahasa dan sastra dipelajarinya dari sahabat-sahabat yang lain. Ketekunannya mengejar dan menggali ilmu menjadikan Hasan Al-Basri sangat ‘alim dalam berbagai ilmu. Ia terkenal sebagai seorang faqih yang terpercaya.
Keluasan dan kedalaman ilmunya membuat Hasan Al-Basri banyak didatangi orang yang ingin belajar langsung kepadanya. Nasihat Hasan Al-Basri mampu menggugah hati seseorang, bahkan membuat para pendengarnya mencucurkan air mata. Nama Hasan Al-Basri makin harum dan terkenal, menyebar ke seluruh negeri dan sampai pula ke telinga penguasa.
Ketika Al-Hajaj ats-Tsaqofi memegang kekuasan gubernur Iraq, ia terkenal akan kediktatorannya. Perlakuannya terhadap rakyat¬ terkadang sangat melampaui batas. Nyaris tak ada seorang pun penduduk Basrah yang berani mengajukan kritik atasnya atau menen¬tangnya. Hasan Al-Basri adalah salah satu di antara sedikit penduduk Basrah yang berani mengutarakan kritik pada Al-Hajaj. Bahkan di depan Al-Hajaj sendiri, Hasan Al-Basri pernah menguta¬rakan kritiknya yang amat pedas.
Saat itu tengah diadakan peresmian istana Al-Hajaj di tepian kota Basrah. Istana itu dibangun dari hasil keringat rakyat, dan kini rakyat diundang untuk menyaksikan peresmiannya. Saat itu tampillah Hasan Al-Basri menyuarakan kritiknya terhadap Al-Hajaj: “Kita telah melihat apa-apa yang telah dibangun oleh Al-Hajaj. Kita juga telah mengetahui bahwa Fir’au membangun istana yang lebih indah dan lebih megah dari istana ini. Tetapi Allah menghancurkan istana itu … karena kedurhakaan dan kesombongannya …”
Kritik itu berlangsung cukup lama. Beberapa orang mulai cemas dan berbisik kepada Hasan Al-Basri, “Ya Abu Sa’id, cukupkanlah kritikmu, cukuplah!” Namun beliau menjawab, “Sungguh Allah telah mengambil janji dari orang-orang yang berilmu, supaya menerangkan kebenaran kepada manusia dan tidak menyembunyikannya.”
Begitu mendengar kritik tajam tersebut, Al-Hajaj menghardik para ajudannya, “Celakalah kalian! Mengapa kalian biarkan budak dari Basrah itu mencaci maki dan bicara seenaknya? Dan tak seo¬rangpun dari kalian mencegahnya? Tangkap dia, hadapkan kepadaku!” .
Semua mata tertuju kepada sang Imam dengan hati berge¬tar. Hasan Al-Basri berdiri tegak dan tenang menghadapi Al-Hajaj bersama puluhan polisi dan algojonya. Sungguh luar biasa ketenan¬gan beliau. Dengan keagungan seorang mu’min, izzah seorang muslim dan ketenangan seorang da’i, beliau hadapi sang tiran.
Melihat ketenangan Hasan Al-Basri, seketika kecongkakan Al-Hajaj sirna. Kesombongan dan kebengisannya hilang. Ia langsung menyambut Hasan Al-Basri dan berkata lembut, “Kemarilah ya Abu Sa’id …” Al-Hasan mendekatinya dan duduk berdampingan. Semua mata memandang dengan kagum.
Mulailah Al-Hajaj menanyakan berba¬gai masalah agama kepada sang Imam, dan dijawab oleh Hasan Al-Basri dengan bahasa yang lembut dan mempesona. Semua pertanyaan¬nya dijawab dengan tuntas. Hasan Al-Basri dipersilakan untuk pulang. Usai pertemuan itu, seorang pengawal Al-Hajaj bertanya, “Wahai Abu Sa’id, sungguh aku melihat anda mengucapkan sesuatu ketika hendak berhadapan dengan Al-Hajaj. Apakah sesungguhnya kalimat yang anda baca itu?” Hasan Al-Basri menjawab, “Saat itu kubaca: Ya Wali dan PelindungKu dalam kesusahan. Jadikanlah hukuman Hajaj sejuk dan keselamatan buatku, sebagaimana Engkau telah jadikan api sejuk dan menyelamatkan Ibrahim.”
Nasihatnya yang terkenal diucapkannya ketika beliau diundang oleh penguasa Iraq, Ibnu Hubairoh, yang diangkat oleh Yazid bin Abdul Malik. Ibnu Hubairoh adalah seorang yang jujur dan sholeh, namun hatinya selalu gundah menghadapi perintah-perintah Yazid yang bertentangan dengan nuraninya. Ia berkata, “Allah telah memberi kekuasan kepada Yazid atas hambanya dan mewajibkan kita untuk mentaatinya. Ia sekarang menugaskan saya untuk memerintah Iraq dan Parsi, namun kadang-kadang perintahnya bertentangan dengan kebenaran. Ya, Abu Sa’id apa pendapatmu? Nasihatilah aku …”
Berkata Hasan Al-Basri, “Wahai Ibnu Hurairoh, takutlah kepada Allah ketika engkau mentaati Yazid dan jangan takut kepada Yazid¬ketika engkau mentaati Allah. Ketahuilah, Allah membelamu dari Yazid, dan Yazid tidak mampu membelamu dari siksa Allah. Wahai Ibnu Hubairoh, jika engkau mentaati Allah, Allah akan memelihara¬mu dari siksaan Yazid di dunia, akan tetapi jika engkau mentaati Yazid, ia tidak akan memeliharamu dari siksa Allah di dunia dan akhirat. Ketahuilah, tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam ma’siat kepada Allah, siapapun orangnya.” Berderai air mata Ibnu Hubairoh mendengar nasihat Hasan Al-Basri yang sangat dalam itu.
Pada malam Jum’at, di awal Rajab tahun 110H, Hasan Al-Basri memenuhi panggilan Robb-nya. Ia wafat dalam usia 80 tahun. Pendu¬duk Basrah bersedih, hampir seluruhnya mengantarkan jenazah Hasan Al-Basri ke pemakaman. Hari itu di Basrah tidak diselenggarakan sholat Ashar berjamaah, karena kota itu kosong tak berpenghuni. 

http://ahlulhadist.wordpress.com/2007/09/27/al-hasan-al-bashri-30-110-h/

Mari kenalan..