Tentu sudah tahu kalau seekor babi sangat senang di dalam
lumpur, bahkan sampai-sampaui sangat tidak suka kalau membersihkan dirinya dan
berendam di air bersih.
Inilah yg mungkin ada pada manusia, termasuk saya mungkin. Tapi, itu
benar adanya, ketika kita senang dengan kegagalan materi, moral, dan
aqidah. Kita tidak berusaha untuk merubah sifat itu dan terus berada
dalam kegagalan tersebut. Mengetahui hal ini, tentunya kita gak akan mau
disamakan dengan hewan bukan? Tapi, mungkin itulah mengapa Tuhan
menciptakan hewan tersebut yg umumnya bagi umat muslim hewan tersebut
adalah hewan najis. Selain itu masih banyak peristiwa yg dapat kita petik pelajaran
untuk diri kita.
so, mulai detik ini mari kita move on(hijrah) dari lumpur menuju air yg jernih.
My first and my primary blog. Enjoy the content and tell me if there have some crash. Thank you. Word is like a light, it can through age :)
Sabtu, 19 Januari 2013
Pengertian Al Nafs / Nafsu
Istilah Arab-Persia ini tidak diterjemahkan mengingat variasi maknanya yang sangat luas, antara lain : esensi (dari suatu objek), jiwa yang menghidupkan, psikis, ruh, pikiran, kehidupan, manusia individu, hasrat, identitas, pribadi atau identitas diri. Bahasa Arab tidak memiliki reflective personal pronoun : tempatnya diganti dengan kata kata ain dan nafs (himself dan it self dalam bahasa Inggris); jadi istilah 'ilm al nafs diterjemahkan menjadi 'psikologi'. dalam buku-buku sufi, istilah biasanya secara kiasan merujuk kepada al nafs al amara' jiwa yang rendah (Prancis : ame concupiscente; Latin : cupido libido), yaitu ego manusia yang dikendalikan oleh sifat-sifat jahat dalam konteks ini kata tersebut biasanya menunjuk kepada keseluruhan tubuh dan jiwa manusia sebagai subjek yang tunduk kepada ambisi egosentris yang dikendalikan oleh hawa nafsu atau "daging" (bahasa Yunani : sarx sebagaimana yang dipahami oleh pendeta-pendeta Kristen Orthodox Yunani). Di samping itu, terdapat juga tiga tingkat struktur jiwa yang lebih tinggi dalam perjalanannya ke arah transformasi spiritual, yaitu al nafs lawwama (jiwa yang bercahaya, kesadaran) dan al nafs al mutma'innah(jiwa yang tenang).
Sumber : Psikologi sufi
Sumber : Psikologi sufi
Reflexive pronouns
Reflexive pronouns adalah kata ganti yang digunakan untuk menunjukkan tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh diri subjek sendiri (subject of the verb). Kata ganti yang dipakai adalah personal pronouns (my, your, him, her, it, our, them) ditambah dengan self untuk kata benda tunggal (singular) atau selves untuk kata benda jamak (plural).
Kata ganti yang digunakan sebagai reflexive pronoun adalah: myself, yourself, yourselves, themselves, himself, herself, dan itself.
Contoh:
- He encouraged himself to do his homework immediately.
- I enjoyed myself by traveling around the world.
- Mark made himself a sandwich.
- The children watched themselves on video.
Reflexive pronouns juga dapat digunakan setelah preposisi, contoh:
- The children are old enough to look after themselves.
- I looked at myself in the mirror.
Catatan
Perhatikan contoh berikut ini:
- These decisions will be made by myself.
Penggunaan myself pada kalimat diatas tidak tepat, karena tidak ada subjek I. Yang lebih tepat adalah sebagai berikut:
- These decisions will be made by me.
http://catatanbahasainggris.blogspot.com/2009/04/reflexive-pronouns.html
Kata ganti yang digunakan sebagai reflexive pronoun adalah: myself, yourself, yourselves, themselves, himself, herself, dan itself.
Contoh:
- He encouraged himself to do his homework immediately.
- I enjoyed myself by traveling around the world.
- Mark made himself a sandwich.
- The children watched themselves on video.
Reflexive pronouns juga dapat digunakan setelah preposisi, contoh:
- The children are old enough to look after themselves.
- I looked at myself in the mirror.
Catatan
Perhatikan contoh berikut ini:
- These decisions will be made by myself.
Penggunaan myself pada kalimat diatas tidak tepat, karena tidak ada subjek I. Yang lebih tepat adalah sebagai berikut:
- These decisions will be made by me.
http://catatanbahasainggris.blogspot.com/2009/04/reflexive-pronouns.html
Jumat, 18 Januari 2013
Pengertian Virus dan penyakit yang ditimbulkannya
Menurut kalian apa yang dimaksud virus itu? Kata virus berasal dari bahasa Latin yaitu Virion yang berarti racun. Dikatakan racun karena dapat mengakibatkan penyakit.
Menurut ilmu biologi virus disebut sebagai makhluk hidup karena mampu melakukan perbanyakan diri. Virus disebut tidak hidup karena beberapa alasan berikut.
1.
Virus hanya dapat memperbanyak diri dalam sel
hidup, contohnya sel hidup pada bakteri, hewan tumbuhan dan manusia.
2.
virus mempunyai satu asam nukleat (DNA atau
RNA) dengan selubung protein (Kapsid) serta tidak mempunyai sitoplasma
dan organel. Oleh karena nya virus tidak dikatakan sebagai sel
3.
virus tidak dapat diendapkan dengan sentrifugasi
biasa, tetapi dapat dikristalkan.
4.
virus bukan sebuah sel dan virus adalah
organisme peralihan(Peralihan dari abiotik – biotik)
Kamus :
-
Nukleokapsid :asam nukleat yang
diselubungi oleh kapsid
-
Bakteriofag : virus
yang menyerang bakteri
-
Kapsomer
: Satu Unit protein penyusun kapsid
Virus yang merugikan :
11) Virus penyerang tumbuhan
-
virus Tungro menyerang tanaman padi melalui
perantara werang cokelat
-
TMV(Tobacco Mozaic Virus) Tobacco : tembakau;
menyerang daun(bercak kuning pada tembakau
-
TYMV(turnip yellow mozaik virus){Virus mozaik
kuning lobak<<dibalik>>} mengakibatkan penggulungan daun
pada tanaman kapas
-
BMV(bean mozaik virus){buncis mozaik virus}
menyerang tanaman buncis
-
CMV(cucumber mozaik virus){virus mozaik timun}
menyerang tanaman mentimun
-
WMV(Wheat Mozaik Virus){virus mozaik gandum}
menyerang tanaman gandum
-
SMV(Sugarcane Mozaik virus){virus
mozaik tebu) menyerang tanaman tebu
22) Virus yang menyerang hewan
-
New Castle Disease(NCD) menyerang saraf unggas
-
Foot and Mouth disease(FMD) menyerang foot
: kuku kaki dan mouth : mulut hewan pemamah biak, contoh sapi
kambing kerbau
-
Rous Sarcoma Virus(RSV) mengakibatkan tumor
pada ayam
33) Virus yang menyerang manusia
-
Aids
Penyakit ini disebabkan oleh HIV (Human
Immuno-deficiency Virus) yang menyerang kekebalan tubuh. Virus ini menular
melalui kontak cairan, antara lain aktivitas hubungan seksual, pemakaian jarum
suntik bekas penderita HIV, dan wanita penderita HiV yang sedang mengandung
janin.
-
Polio
Virus masuk ke tubuh melalui makanan dan udara.
Selanjutnya masuk ke kelenjar getah bening, menembus peredaran darah, menuju
sumsum tulang belakang, otak dan merusak sel-sel saraf (neuron).
Penyakit
ini disebabkan oleh virus hepatitis A, hepatitis B, non A, dan non B.
Penyakit ini ditularkan
oleh virus influenza melalui udara, menyerang saluran pernapasan, akibatnya
penderita mengalami kesulitan bernapas.
Penyakit ini disebabkan
oleh morbivirus. Virus me¬nyerang bagian kulit, akibatnya pada kulit muncul
bercak-bercak merah disertai rasa gatal.
Penyakit ini disebabkan
oleh virus yang ditularkan melalui gigitan hewan yang sudah terkena rabies,
antara lain: anjing, kucing, dan kera. Virus kemudian menyerang sistem saraf
yang menyebabkan pende¬rita mengalami gangguan saraf. Vaksin rabies ditemukan
oleh Louis Pasteur.
Penyakit ini disebabkan
oleh herpesvirus. Gejalanya akan muncul bintik bernanah yang membahayakan pada
kulit, mata, mulut, dan alat kelamin.
Penyakit ini disebabkan
oleh virus onkogen. Virus ini, menyebabkan sel pada tubuh bagian tertentu
mengalami pembeiahan tanpa terkendali, sehingga pada penderita stadium lanjut
bagian tubuh tertentu yang terkena kanker akan membentuk benjolan yang semakin
membesar.
Penyakit ini disebabkan
oleh virus ebola yang meng-akibatkan pendarahan pada seluruh tubuh. Gejala
penyakit ini adalah demam tinggi, muntah-muntah, mencret, nyeri pada dada,
kepala, dan otot. Masa inkubasi penyakit 2-21 hari.
Penyakit yang disebabkan
oleh virus dapat dicegah dengan vaksinasi. Vaksin adalah bibit penyakit yang
telah dilumpuhkan dan dikemas dalam cairan, kemudian disuntikkan. Vaksin akan
menstimulai tubuh membentuk antibodi.
Serum adalah darah
manusia yang mengandung antibodi penyakit. Misal penderita campak akan diberi
serum campak. Sehingga kekebalan pada penderita akan terbentuk dan dinamakan
kekebalan pasif.
Biografi Auguste Comte (1798-1857)
Nama lengkap Auguste Comte adalah Isidore Auguste Marie Francois Xavier. Beliau adalah filsuf dan ilmuwan sosial terkemuka yang sangat berjasa dalam perkembangan ilmu kemasyarakatan atau sosiologi. Comte lahir di kota Montpellier di Perancis selatan dari keluarga kelas menengah konservatif. Comte menerima didikan ilmiah yang baik di Ecole Polythecnique di Paris, sebuah pusat pendidikan berhaluan liberal.
Comte mencetuskan suatu sistem ilmiah yang kemudian melahirkan ilmu pengetahuan baru, yaitu sosiologi. Pandangan Comte atas sosiologi sangat pragmatis. Ia berpendapat bahwa sesungguhnya analisis untuk membedakan "statika" dan "dinamika" sosial , serta analisa masyarakat sebagai suatu sistem yang saling tergantung haruslah didasarkan pada konsensus. Paradigma Fungsionalis dan paradigma ilmiah alamiah yang dirumuskan oleh Comte tetap memberi warna menonjol dalam sosiologi saat ini.
Auguste Comte dengan bukunya "Course de Philosophie Positive" menerangkan bahwa pendekatan-pendekatan umum untuk mempelajari masyarakat harus melalui urutan-urutan tertentu yang kemudian akan sampai pada tahap akhir yaitu tahap ilmiah.
Auguste Comte disebut sebagai Bapak Sosiologi karena dialah yang pertama kali memakai istilah sosiologi dan mengkaji sosiologi secara sistematis, sehingga ilmu tersebut melepaskan diri dari filsafat dan berdiri sendiri sejak pertengahan abad ke-19 (1856).
Referensi: Buku Sosiologi kelas 1 SMA halaman 6 (Kurikulum Berbasis Kompetensi), Penerbit Yudhistira
Biografi Sofyan Ats-Tsauri (97-191 H)
Nama
aslinya Abu Abdillah Sufyan bin Sa’id bin Masruq al Kufi, ia seorang
Al-hafidh adl Dlabith (Penghapal yang cermat). Ia lahir di Kufah pada
tahun 97 H..Ayahnya Sa’id salah seorang ulama Kufah, Ia cermat dalam
periwayatan hadist sehingga Syu’bah bin al-Hajjaj, Sufyan bin Uyainah
dan Yahya bin Ma’in menjulukinya “Amirul Mu’minin fi al-Hadits”, gelar yang sama disandang oleh Malik bin Anas.
Mula-mula
ia belajar dari ayahnya sendiri, kemudian dari banyak orang-orang
pandai di masa itu sehingga akhirnya ia mencapai keahlian yang tinggi di
bidang Hadits dan teologi. Ia telah mendirikan sebuah madzhab fiqh yang
bertahan selama dua abad
Mengenai dia, Al-Khatib al Baghdadi berkata: “Sufyan
adalah salah seorang diantara para imam kaum muslimin dan salah seorang
dari pemimpin agama, kepemimpinannya disepakati oleh para ulama,
sehingga tidak perlu lagi pengukuhan terhadap ketelitian, hapalan”.
Sufyan
at-Tsauri meriwayatkan hadist dari Al-A’masi (sulaiman bin Mihran),
Abdullah bin Dinar, Ashim al-Ahwal, Ibn al-Munkadir dan lainya.
Sedangkan
yang diriwayatkan darinya ialah Aburahman Auza’I, Abdurahman bin Mahdi,
Mis.ar bin Kidam dan Abban bin Abdullah al-Ahmasi. Orang terakhir yang
meriwayatkan darinya adalah Ali bin al-Ja’d.
Abdullah bin Mubarak berkata:” Aku telah mencatat dari 1.100 orang guru dan aku tidak pernah mencatat dari seseorang yag keutamaanya melebihi Sufyan”. Namun ada diantara ulama meriwayatkan dari Ibn Mubarak bahwa Sufyan Ats-Tsauri terkadang meriwayatkan Hadits Mudallas.
Ibnu
Mubarak berkata:” Aku pernah menceritakan hadits kepada Sufyan, lalu
pada kesempatan lain aku datang kepadanya ketika ia tengah men tadlis
kan hadits tersebut, dan ketika ia melihatku tampak ia malu dan
berkata :” Aku meriwayatkan bersumber dari anda”. Jika ini benar, untuk
menyepakati antara dua perkataan Ibn al-Mubarak maka pen tadlisan yang
dilakukan Sufyan itu termasuk tadlis yang tidak membuatnya tercela.
Karena itu ia berkata kepada Ibn Mubarak: “Aku meriwayatkannya bersumber dari anda”. Dengan perkataan tersebut ia menghendaki bahwa sanad hadits yang samapai kepadanya tersebut dianggap tsiqah.
Ats Tsauri wafat di Basrah pada tahun 161 H
http://ahlulhadist.wordpress.com/2007/09/28/sofyan-ats-tsauri-97-191-h/
Biografi Singkat Rabi'ah Al Adawiyah
Rabi‘ah binti Ismail al-Adawiyah, berasal dari keluarga
miskin. Dari kecil ia tinggal di Bashrah. Di kota ini namanya sangat
harum sebagai seorang manusia suci dan seorang pengkhotbah. Dia sangat dihormati oleh orang-orang saleh semasanya. Mengenai kematiannya ada berbagai pendapat: tahun 135 H/752 M atau tahun 185 H/801 M.
Rabi’ah al-Adawiyah yang seumur hidupnya tidak pernah menikah, dianggap mempunyai saham yang besar dalam memperkenalkan cinta Allah ke dalam Islam tashawuf. Orang-orang mengatakan bahwa ia dikuburkan di dekat kota Yerussalem.
RABI’AH, LAHIR DAN MASA KANAK—KANAKNYA
Jika seseorang bertanya: ”Mengapa engkau mensejajarkan Rabi’ah dengan kaum lelaki?”, maka jawabanku adalah bahwa Nabi sendiri pernah berkata: “Sesungguhnya Allah tidak memandang rupa kamu” dan yang menjadi masalah bukanlah bentuk, tetapi niat seperti yang dikatakan Nabi, “Manusia-manusia akan dimuliakan sesuai dengan niat di dalam hati mereka”. Selanjutnya, apabila kita boleh menerima dua pertiga ajaran agama dari ’Aisyah, maka sudah tentu kita boleh pula menerima petunjuk-petunjuk agama dari pelayanan pribadinya itu. Apabila seorang perempuan berubah menjadi ”seorang lelaki” pada jalan Allah, maka ia adaIah sejajar dengan kaum lelaki dan kita tidak dapat menyebutnya sebagai seorang perempuan lagi.
Pada malam Rabi’ah dilahirkan ke atas dunia, tidak ada sesuatu barang berharga yang dapat: ditemukan di dalam rumah orang tuanya, karena ayahnya adalah seorang yang sangat miskin. Si ayah bahkan tidak mempunyai minyak barang setetes pun untuk pemoles pusar puterinya itu. Mereka tidak mempunyai lampu dan tidak mempunyai kain untuk menyelimuti Rabi’ah. Si ayah telah memperoleh tiga orang puteri dan Rabi’ah adalah puterinya yang keempat. Itulah sebabnya mengapa ia dinamakan Rabi’ah (artinya ke-empat).
“Pergilan kepada tetangga kita si anu dan mintalah sedikit minyak sehingga aku dapat menyalakan lampu” isterinya berkata kepadanya.
Tetapi si suami telah bersumpah bahwa ia tidak akan meminta sesuatu jua pun dari manusia lain. Maka pergilah ia, pura-pura menyentuhkan tangannya ke pintu rumah tetangga tersebut lalu kembali Iagi ke rumahnya.
“Mereka tidak mau membukakan pintu” ia melaporkannya kepada isterinya sesampainya di rumah.
Isterinya yang malang menangis sedih. Dalam keadaan yang serba memprihatinkan itu si suami hanya dapat menekurkan kepala ke atas lutut dan terlena. Di dalam tidurnya ia bermimpi melihat Nabi. Nabi membujuknya: “JanganIah engkau bersedih, karena bayi perempuan yang baru dilahirkan itu adalah ratu kaum wanita dan akan menjadi penengah bagi 70 ribu orang di antara kaumku”.
Kemudian Nabi meneruskan; “Besok, pergilah engkau menghadap ‘Isa az-Zadan, Gubernur Bashrah. Di atas sehelai kertas, tuliskan kata-kata berikut ini: ’Setiap malam engkau mengirimkan shalawat seratus kali kepadaku, dan setiap malam jum’at empat ratus kali. Kemarin adalah malam jum’at tetapi engkau lupa melakukannya. Sebagai penebus kelalaianmu itu berikanlah kepada orang ini empat ratus dinar yang telah engkau peroleh secara halal’ “.
Ketika terjaga dari tidurnya, ayah Rabi’ah mengucurkan air mata. Ia pun bangkit dan menulis seperti yang telah dipesankan Nabi kepadanya dan mengirimkannya kepada gubernur melalui pengurus rumahtangga istana.
“Berikanlah dua ribu dinar kepada orang-orang miskin”, gubernur memberikan perintah setelah membaca surat tersebut, ”sebagai tanda syukur karena Nabi masih ingat kepadaku. Kemudian berikan empat ratus dinar kepada si syaikh dan katakan kepadanya: ’Aku harap engkau datang kepadaku sehingga aku dapat melihat wajahmu. Namun tidaklah pantas bagi seorang seperti kamu untuk datang menghadapku. Lebih baik seandainya akulah yang datang dan menyeka pintu rumahmu dengan janggutku ini. Walaupun demikian, demi Allah, aku bermohon kepadamu, apa pun yang engkau butuhkan katakanlah kepadaku’ “.
Ayah Rabi’ah menerima uang emas tersebut dan membeli sesuatu yang dirasa perlu.
http://biografiparasufi.wordpress.com/2012/05/14/rabiah-al-adawiyah/
Rabi’ah al-Adawiyah yang seumur hidupnya tidak pernah menikah, dianggap mempunyai saham yang besar dalam memperkenalkan cinta Allah ke dalam Islam tashawuf. Orang-orang mengatakan bahwa ia dikuburkan di dekat kota Yerussalem.
RABI’AH, LAHIR DAN MASA KANAK—KANAKNYA
Jika seseorang bertanya: ”Mengapa engkau mensejajarkan Rabi’ah dengan kaum lelaki?”, maka jawabanku adalah bahwa Nabi sendiri pernah berkata: “Sesungguhnya Allah tidak memandang rupa kamu” dan yang menjadi masalah bukanlah bentuk, tetapi niat seperti yang dikatakan Nabi, “Manusia-manusia akan dimuliakan sesuai dengan niat di dalam hati mereka”. Selanjutnya, apabila kita boleh menerima dua pertiga ajaran agama dari ’Aisyah, maka sudah tentu kita boleh pula menerima petunjuk-petunjuk agama dari pelayanan pribadinya itu. Apabila seorang perempuan berubah menjadi ”seorang lelaki” pada jalan Allah, maka ia adaIah sejajar dengan kaum lelaki dan kita tidak dapat menyebutnya sebagai seorang perempuan lagi.
Pada malam Rabi’ah dilahirkan ke atas dunia, tidak ada sesuatu barang berharga yang dapat: ditemukan di dalam rumah orang tuanya, karena ayahnya adalah seorang yang sangat miskin. Si ayah bahkan tidak mempunyai minyak barang setetes pun untuk pemoles pusar puterinya itu. Mereka tidak mempunyai lampu dan tidak mempunyai kain untuk menyelimuti Rabi’ah. Si ayah telah memperoleh tiga orang puteri dan Rabi’ah adalah puterinya yang keempat. Itulah sebabnya mengapa ia dinamakan Rabi’ah (artinya ke-empat).
“Pergilan kepada tetangga kita si anu dan mintalah sedikit minyak sehingga aku dapat menyalakan lampu” isterinya berkata kepadanya.
Tetapi si suami telah bersumpah bahwa ia tidak akan meminta sesuatu jua pun dari manusia lain. Maka pergilah ia, pura-pura menyentuhkan tangannya ke pintu rumah tetangga tersebut lalu kembali Iagi ke rumahnya.
“Mereka tidak mau membukakan pintu” ia melaporkannya kepada isterinya sesampainya di rumah.
Isterinya yang malang menangis sedih. Dalam keadaan yang serba memprihatinkan itu si suami hanya dapat menekurkan kepala ke atas lutut dan terlena. Di dalam tidurnya ia bermimpi melihat Nabi. Nabi membujuknya: “JanganIah engkau bersedih, karena bayi perempuan yang baru dilahirkan itu adalah ratu kaum wanita dan akan menjadi penengah bagi 70 ribu orang di antara kaumku”.
Kemudian Nabi meneruskan; “Besok, pergilah engkau menghadap ‘Isa az-Zadan, Gubernur Bashrah. Di atas sehelai kertas, tuliskan kata-kata berikut ini: ’Setiap malam engkau mengirimkan shalawat seratus kali kepadaku, dan setiap malam jum’at empat ratus kali. Kemarin adalah malam jum’at tetapi engkau lupa melakukannya. Sebagai penebus kelalaianmu itu berikanlah kepada orang ini empat ratus dinar yang telah engkau peroleh secara halal’ “.
Ketika terjaga dari tidurnya, ayah Rabi’ah mengucurkan air mata. Ia pun bangkit dan menulis seperti yang telah dipesankan Nabi kepadanya dan mengirimkannya kepada gubernur melalui pengurus rumahtangga istana.
“Berikanlah dua ribu dinar kepada orang-orang miskin”, gubernur memberikan perintah setelah membaca surat tersebut, ”sebagai tanda syukur karena Nabi masih ingat kepadaku. Kemudian berikan empat ratus dinar kepada si syaikh dan katakan kepadanya: ’Aku harap engkau datang kepadaku sehingga aku dapat melihat wajahmu. Namun tidaklah pantas bagi seorang seperti kamu untuk datang menghadapku. Lebih baik seandainya akulah yang datang dan menyeka pintu rumahmu dengan janggutku ini. Walaupun demikian, demi Allah, aku bermohon kepadamu, apa pun yang engkau butuhkan katakanlah kepadaku’ “.
Ayah Rabi’ah menerima uang emas tersebut dan membeli sesuatu yang dirasa perlu.
http://biografiparasufi.wordpress.com/2012/05/14/rabiah-al-adawiyah/
Biografi Hasan Al Bashri/Al Hasan bin Yasar (30-110 H)
Suatu
hari ummahatul mu’minin, Ummu Salamah, menerima khabar bahwa mantan “maula”
(pembantu wanita)-nya telah melahirkan seo¬rang putera mungil yang sehat. Bukan
main gembiranya hati Ummu Salamah mendengar berita tersebut. Diutusnya
seseorang untuk mengundang bekas pembantunya itu untuk menghabiskan masa nifas
di rumahnya.
Ibu
muda yang baru melahirkan tersebut bernama Khairoh, orang yang amat disayangi
oleh Ummu Salamah. Rasa cinta ummahatul mu’minin kepada bekas maulanya itu,
membuat ia begitu rindu untuk segera melihat puteranya. Ketika Khairoh dan
puteranya tiba, Ummu Salamah memandang bayi yang masih merah itu dengan penuh
sukacita dan cinta. Sungguh bayi mungil itu sangat menawan. “Sudahkah kau beri
nama bayi ini, ya Khairoh?” tanya Ummu Salamah. “Belum ya ibunda. Kami serahkan
kepada ibunda untuk menamainya” jawab Khai¬roh. Mendengar jawaban ini,
ummahatul mu’minin berseri-seri, seraya berujar “Dengan berkah Allah, kita beri
nama Al-Hasan.” Maka do’apun mengalir pada si kecil, begitu selesai acara
pembe¬rian nama.
Al-Hasan
bin Yasar – atau yang kelak lebih dikenal sebagai Hasan Al-Basri, ulama
generasi salaf terkemuka – hidup di bawah asuhan dan didikan salah seorang
isteri Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam: Hind binti Suhail yang lebih
terkenal sebagai Ummu Salamah. Beliau adalah seorang puteri Arab yang paling
sempurna akhlaqnya dan paling kuat pendiriannya, ia juga dikenal – sebelum
Islam – sebagai penulis yang produktif. Para ahli sejarah mencatat beliau
sebagai yang paling luas ilmunya di antara para isteri Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wassalam.
Waktu
terus berjalan. Seiring dengan semakin akrabnya hubun¬gan antara Al-Hasan
dengan keluarga Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam, semakin terbentang luas
kesempatan baginya untuk ber”uswah” (berteladan) pada ke¬luarga Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wassalam. Pemuda cilik ini mereguk ilmu dari rumah-rumah ummahatul
mu’minin serta mendapat kesempatan menimba ilmu bersama sahabat yang berada di
masjid Nabawiy.
Ditempa
oleh orang-orang sholeh, dalam waktu singkat Al-Hasan mampu meriwayatkan hadist
dari Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abu Musa Al-Asy’ari, Abdullah bin
Umar, Abdullah bin Abbas, Anas bin Malik dan sahabat-sahabat RasuluLlah
lainnya. Al-Hasan sangat mengagumi Ali bin Abi Thalib, karena keluasan ilmunya
serta kezuhudannya. Penguasan ilmu sastra Ali bin Abi Thalib yang demikian
tinggi, kata-katanya yang penuh nasihat dan hikmah, membuat Al-Hasan begitu
terpesona.
Pada
usia 14 tahun, Al-Hasan pindah bersama orang tuanya ke kota Basrah, Iraq, dan
menetap di sana. Dari sinilah Al-Hasan mulai dikenal dengan sebutan Hasan
Al-Basri. Basrah kala itu terkenal sebagai kota ilmu dalam Daulah Islamiyyah.
Masjid-masjid yang luas dan cantik dipenuhi halaqah-halaqah ilmu. Para sahabat
dan tabi’in banyak yang sering singgah ke kota ini.Di Basrah, Hasan Al-Basri
lebih banyak tinggal di masjid, mengikuti halaqah-nya Ibnu Abbas. Dari beliau,
Hasan Al-Basri banyak belajar ilmu tafsir, hadist dan qiro’at. Sedangkan ilmu
fiqih, bahasa dan sastra dipelajarinya dari sahabat-sahabat yang lain.
Ketekunannya mengejar dan menggali ilmu menjadikan Hasan Al-Basri sangat ‘alim
dalam berbagai ilmu. Ia terkenal sebagai seorang faqih yang terpercaya.
Keluasan
dan kedalaman ilmunya membuat Hasan Al-Basri banyak didatangi orang yang ingin
belajar langsung kepadanya. Nasihat Hasan Al-Basri mampu menggugah hati
seseorang, bahkan membuat para pendengarnya mencucurkan air mata. Nama Hasan
Al-Basri makin harum dan terkenal, menyebar ke seluruh negeri dan sampai pula
ke telinga penguasa.
Ketika
Al-Hajaj ats-Tsaqofi memegang kekuasan gubernur Iraq, ia terkenal akan
kediktatorannya. Perlakuannya terhadap rakyat¬ terkadang sangat melampaui
batas. Nyaris tak ada seorang pun penduduk Basrah yang berani mengajukan kritik
atasnya atau menen¬tangnya. Hasan Al-Basri adalah salah satu di antara sedikit
penduduk Basrah yang berani mengutarakan kritik pada Al-Hajaj. Bahkan di depan
Al-Hajaj sendiri, Hasan Al-Basri pernah menguta¬rakan kritiknya yang amat
pedas.
Saat
itu tengah diadakan peresmian istana Al-Hajaj di tepian kota Basrah. Istana itu
dibangun dari hasil keringat rakyat, dan kini rakyat diundang untuk menyaksikan
peresmiannya. Saat itu tampillah Hasan Al-Basri menyuarakan kritiknya terhadap
Al-Hajaj: “Kita telah melihat apa-apa yang telah dibangun oleh Al-Hajaj. Kita
juga telah mengetahui bahwa Fir’au membangun istana yang lebih indah dan lebih
megah dari istana ini. Tetapi Allah menghancurkan istana itu … karena
kedurhakaan dan kesombongannya …”
Kritik itu berlangsung cukup lama. Beberapa orang mulai cemas dan berbisik kepada Hasan Al-Basri, “Ya Abu Sa’id, cukupkanlah kritikmu, cukuplah!” Namun beliau menjawab, “Sungguh Allah telah mengambil janji dari orang-orang yang berilmu, supaya menerangkan kebenaran kepada manusia dan tidak menyembunyikannya.”
Kritik itu berlangsung cukup lama. Beberapa orang mulai cemas dan berbisik kepada Hasan Al-Basri, “Ya Abu Sa’id, cukupkanlah kritikmu, cukuplah!” Namun beliau menjawab, “Sungguh Allah telah mengambil janji dari orang-orang yang berilmu, supaya menerangkan kebenaran kepada manusia dan tidak menyembunyikannya.”
Begitu
mendengar kritik tajam tersebut, Al-Hajaj menghardik para ajudannya, “Celakalah
kalian! Mengapa kalian biarkan budak dari Basrah itu mencaci maki dan bicara
seenaknya? Dan tak seo¬rangpun dari kalian mencegahnya? Tangkap dia, hadapkan
kepadaku!” .
Semua
mata tertuju kepada sang Imam dengan hati berge¬tar. Hasan Al-Basri berdiri
tegak dan tenang menghadapi Al-Hajaj bersama puluhan polisi dan algojonya.
Sungguh luar biasa ketenan¬gan beliau. Dengan keagungan seorang mu’min, izzah
seorang muslim dan ketenangan seorang da’i, beliau hadapi sang tiran.
Melihat
ketenangan Hasan Al-Basri, seketika kecongkakan Al-Hajaj sirna. Kesombongan dan
kebengisannya hilang. Ia langsung menyambut Hasan Al-Basri dan berkata lembut,
“Kemarilah ya Abu Sa’id …” Al-Hasan mendekatinya dan duduk berdampingan. Semua
mata memandang dengan kagum.
Mulailah
Al-Hajaj menanyakan berba¬gai masalah agama kepada sang Imam, dan dijawab oleh
Hasan Al-Basri dengan bahasa yang lembut dan mempesona. Semua pertanyaan¬nya
dijawab dengan tuntas. Hasan Al-Basri dipersilakan untuk pulang. Usai pertemuan
itu, seorang pengawal Al-Hajaj bertanya, “Wahai Abu Sa’id, sungguh aku melihat
anda mengucapkan sesuatu ketika hendak berhadapan dengan Al-Hajaj. Apakah
sesungguhnya kalimat yang anda baca itu?” Hasan Al-Basri menjawab, “Saat itu
kubaca: Ya Wali dan PelindungKu dalam kesusahan. Jadikanlah hukuman Hajaj sejuk
dan keselamatan buatku, sebagaimana Engkau telah jadikan api sejuk dan
menyelamatkan Ibrahim.”
Nasihatnya
yang terkenal diucapkannya ketika beliau diundang oleh penguasa Iraq, Ibnu
Hubairoh, yang diangkat oleh Yazid bin Abdul Malik. Ibnu Hubairoh adalah
seorang yang jujur dan sholeh, namun hatinya selalu gundah menghadapi
perintah-perintah Yazid yang bertentangan dengan nuraninya. Ia berkata, “Allah
telah memberi kekuasan kepada Yazid atas hambanya dan mewajibkan kita untuk
mentaatinya. Ia sekarang menugaskan saya untuk memerintah Iraq dan Parsi, namun
kadang-kadang perintahnya bertentangan dengan kebenaran. Ya, Abu Sa’id apa
pendapatmu? Nasihatilah aku …”
Berkata
Hasan Al-Basri, “Wahai Ibnu Hurairoh, takutlah kepada Allah ketika engkau
mentaati Yazid dan jangan takut kepada Yazid¬ketika engkau mentaati Allah.
Ketahuilah, Allah membelamu dari Yazid, dan Yazid tidak mampu membelamu dari
siksa Allah. Wahai Ibnu Hubairoh, jika engkau mentaati Allah, Allah akan
memelihara¬mu dari siksaan Yazid di dunia, akan tetapi jika engkau mentaati
Yazid, ia tidak akan memeliharamu dari siksa Allah di dunia dan akhirat.
Ketahuilah, tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam ma’siat kepada Allah,
siapapun orangnya.” Berderai air mata Ibnu Hubairoh mendengar nasihat Hasan
Al-Basri yang sangat dalam itu.
Pada
malam Jum’at, di awal Rajab tahun 110H, Hasan Al-Basri memenuhi panggilan
Robb-nya. Ia wafat dalam usia 80 tahun. Pendu¬duk Basrah bersedih, hampir
seluruhnya mengantarkan jenazah Hasan Al-Basri ke pemakaman. Hari itu di Basrah
tidak diselenggarakan sholat Ashar berjamaah, karena kota itu kosong tak
berpenghuni.
http://ahlulhadist.wordpress.com/2007/09/27/al-hasan-al-bashri-30-110-h/
Langganan:
Postingan (Atom)